BAB 2
HADITS
TENTANG MENUNTUT ILMU
Standar Kompetensi :
- Memahami ajaran Al Hadits tentang menuntut ilmu
Kompetensi Dasar :
- Membaca hadits tentang menuntut ilmu
- Menyebutkan arti hadits tentang menuntut ilmu
Di era
sekarang ini dunia pendidikan, sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal
ini ditandai dengan munculnya berbagai predikat sekolah, munculnya banyak
lembaga bimbingan belajar, tempat kursus, dan lain-lain. Pernahkah kamu
berfikir bagaimana pandangan Nabi Muhammad SAW yang hidup kira-kira 1500 tahun
yang lampau tentang pendidikan, baik menyangkut tentang kewajiban menuntut
ilmu? Kapan dan di mana umat Islam diwajibkan menuntut ilmu. Sebaiknya kita
ikuti pembahasan selengkapnya mengenai hadits tentang menuntut ilmu berikut
ini.
A.
Hadits Nabi saw Tentang Menuntut Ilmu
1. Hadits tentang salah satu
Fungsi ilmu
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ
بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ
أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ (رواه الطبراني)
Artinya,’Barangsiapa
yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa
yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang
siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu.” (HR. Thabrani)
2. Hadits tentang hukum menuntut
ilmu
رَوَاهُ
ابْنُ عَبْدُالْبَر)) طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضِةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ
مُسْلِمَةٍ
Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil
Bari)
3. Kewajiban mencari ilmu itu tidak memandang
batasan usia, melainkan seumur hidup. Sabda Nabi SAW
أُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ
إِلَى اللَّحْْدِ (رواه مسلم)
Artinya,
“Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai masuk ke liang lahat”(HR.
Muslim)
4. Menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah, karena
ilmu itu harus dicari di mana saja, sekalipun sangat jauh tempatnya dan
banyak rintangannya, seperti sabda Nabi SAW :
أُطْلُبُواالْعِلْمَ وَلَوْ
بِالصّيْنِ {رَوَاهُ عَبْدُالْبَر}
Artinya ,
“Carilah ilmu itu
walau di negeri Cina”.(HR. Abdul Bar)
5. Etika menuntut ilmu
تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ
وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ)
Artinya,”Belajarlah kamu semua, dan
mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah
terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR Tabrani)
6. Keutamaan menuntut ilmu
Banyak hadits Nabi SAW yang
mengungkapkan keutamaan / fadhilah menuntut ilmu, diantaranya sebagai berikut :
a.
Dimohonkan ampun dosanya oleh semua
makhluk
عَنْ أَنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم طَلَبُ
اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، وَإِنَّ طَالِبَ اْلعِلْمِ
يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَيْ حَتَّى ألْحِيْتَانَ فِي الْبَحْرِ ( رواه ابن عبد
الرّحْمَن)
ِArtinya,“Dari
Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: menuntut ilmu itu wajib atas
setiap orang Islam, karena sesungguhnya semua (makhluk) sampai
binatang-binatang yang ada di laut memohonkan ampun untuk orang yang menuntut
ilmu”. (H.R. Ibnu Abdurrahman)
b. Dimudahkan jalan masuk
surga
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا
يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ".
(رواه مسلم)
Artinya, “Dari Abu Hurairah r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda: Barang siapa yang menempuh perjalanan
dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga”.
(H.R. Muslim)
c.
Digolongkan sebagai orang yang jihad fi sabilillah
مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ
فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ الله حَتَّى يَرْجِعَ ( رَوَاهُ التِّرْمِذِي )
Artinya,” Siapa yang keluar (dari
rumah) dalam (keadaan) menuntut ilmu, maka ia itu termasuk fi sabilillah sampai
ia kembali/pulang.” (HR. Turmudzi)
Arti Kata-kata (mufrodat)
عََنْ
, مِنْ : dari
مَنْ
: siapa
: أَرَادَ
menghendaki
/ menginginkan
: فَعَلَيْه maka wajib
atasnya
قَالَ : Ia
telah berkata
طَلَبُ : Menuntut/mencari
اَلْعِلْمُ :
Ilmu itu
تَعَلَّمُوْا
: belajarlah kamu semua
وَعَلِّمُوْا
: dan mengajarlah kamu semua
لِمُعَلِّمِيْكُمْ
: terhadap guru-gurumu
وَلَيَلَوْا
: dan berlaku baiklah kamu semua
فَرِيْضَةٌ
: Wajib
عَلَى
: atas
كُلِّ
: tiap-tiap/ setiap
أَلْمَهْدِ : ayunan
أَلَّلحْدِ : liang lahat
إِنَّ : Sesungguhnya
يَسْتَغْفِرُ
لَهُ : Memohonkan ampun untuknya
كُلُّ شَيْءٍ : Segala sesuatu
حَتىَّ : Hingga/sampai
اَلحِْيْتَانَ
: Binatang-binatang
فِي اَلْبَحْر : di dalam
laut
سَلَكَ
: berjalan
يَلْتَمِسُ
: menyentuh / mendapatkan
طَرِيْقًا : jalan
سَهَّل الله : maka Allah memudahkan
: اَلْجَنَّة
Surga
: خَرَجَKeluar
حَتَّى :
Sehingga
: يَرْجِعَ ia
kembali/ ia pulang
B. Penjelasan Hadits
Ilmu
itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia dapat mengetahui
segala hal termasuk mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah, sehingga
dengan begitu manusia dapat selalu dekat dengan Sang Maha Penciptanya. Karena
dengan ilmu itu manusia dapat mengetahui kedudukannya di hadapan Allah dan
bagaimana ia harus berbuat. Disamping itu, dengan ilmu pula manusia dapat
mengetahui rahasia - rahasia ciptaan Allah, sehingga ia dapat melaksanakan
fungsi- fungsi kekhalifahannya di bumi, yakni memanfaatkannya untuk
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Karena itu dalam hadits di
atas Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita,” jika manusia ingin mendapatkan
kehidupan yang baik di dunia hendaknya diraih dengan ilmu, jika menginginkan
kehidupan yang baik di akhirat hendaknya dengan ilmu, dan jika menginginkan
kedua-duanya juga hanya bisa diraih dengan ilmu.”
Mengingat
pentingnya ilmu itu, hadits di atas menjelaskan bahwa menuntut ilmu sangat
diwajibkan bagi setiap orang Islam tanpa terkecuali, baik laki-laki, perempuan,
tua maupun muda. Menuntut ilmu disini mengandung makna yang sangat luas, yaitu
mencari ilmu pengetahuan melalui proses belajar, baik melalui bimbingan orang
lain (guru) maupun secara mandiri atau otodidak. Belajar secara mandiri dapat
dilakukan dengan membaca, mengamati dan mempelajari suatu ilmu tanpa bantuan
orang lain (guru). Tetapi harus diingat, tidak semua ilmu itu dapat dipelajari
secara sendiri. Hal itu di samping karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki
individu itu sendiri sehingga butuh bantuan orang lain yang lebih ahli, juga
dikarenakan adanya ilmu yang dalam mempelajarinya harus melalui bimbingan guru
/ mursyid, terutama dalam belajar membaca Al-qur’an, aqidah dan ubudiyah.
Kewajiban
menuntut ilmu bagi setiap umat Islam itu berlaku sepanjang hayat atau dikenal
dengan istilah long life education. Dalam hadits tersebut, Rasulullah
memerintahkan untuk menuntut ilmu sejak masih dalam ayunan /
buaian (ibu) sampai ke liang lahat (meninggal). Sehingga hanya
kematianlah yang mampu menghentikan kewajiban seorang muslim dalam menuntut
ilmu. Dengan demikian, dalam menuntut ilmu tidak ada istilah “sudah tua”. Boleh
saja pendidikan formal lewat bangku sekolah atau kuliah telah selesai, tetapi
kegiatan belajar kepada siapapun dan dimanapun harus tetap dilaksanakan hingga
akhir hayat, baik di keluarga, pengajian di masjid, majlis-majlis taklim, dan
lain sebagainya.
Sejalan dengan itu, Islam memang
tidak membatasi tempat di mana kita harus mencari ilmu. Dimanapun keberadaan
ilmu, Islam memerintahkan untuk mencarinya, sekalipun sampai ke negeri Cina
sebagaimana ditegaskan dalam hadits di atas, yaitu “ carilah ilmu meskipun
sampai ke negeri Cina”. Hadits tersebut juga mengisaratkan bahwa
menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah. Betapa tidak ? Coba renungkan !
Perjalanan dari Tanah Suci ke Cina saat itu dapat berlangsung berminggu-minggu,
bahkan berbulan-bulan, serta banyak rintangan yang harus dilalui seperti badai
gurun pasir, banyaknya penyamun, sulitnya membawa perbekalan, dan belum lagi
sulitnya memenuhi keperluan hidup selama belajar di rantau, karena saat itu
belum ada sarana pengiriman uang lewat wesel atau tansfer lewat Bank maupun
barang lewat kiriman paket seperti sekarang. Tentu perintah Rasulullah SAW
tersebut baru dapat terlaksana bila yang bersangkutan mempunyai kebulatan niat
yang kuat, keuletan yang tinggi, punya sifat kemandirian, dan kerja keras.
Sehingga melalui pesan hadits itu seolah-olah Rasulullah SAW ingin
berpesan kepada kita semua bahwa belajar itu harus didasari oleh niat yang kuat,
keuletan, kemandirian, dan kerja keras atau mau bersusah payah dan tidak manja.
Karena itu pula dalam hadits di atas Rasululllah SAW menyejajarkan kedudukan
orang yang menuntut ilmu sama dengan orang yang sedang jihad
fisabilillah.
Selain niat yang kuat, ulet, mandiri, dan kerja keras, hal
lain yang tidak boleh dikesampingkan dalam menuntut ilmu adalah hormat dan
berlaku baik kepada guru sebagaimana yang tersebut dalam sabda Rasulullah SAW
di atas. Menurut Imam Az-Zarnuji dalam Kitab “Ta’limul Muta’allim” salah satu
penyebab tidak manfaatnya ilmu yang dimiliki oleh para generasi sekarang adalah
kurang tawadhu’ atau kurang hormatnya siswa kepada guru. Indikasi tidak
bermanfaatnya ilmu itu adalah ilmu yang dimilikinya itu tidak mampu
mendekatkannya kepada Allah dan tidak melahirkan kepatuhan kepada-Nya, bahkan
semakin menjauhkannya dengan Allah, serta tidak dapat mendatangkan kemanfaatan
bagi orang banyak, bahkan sebaliknya acapkali merugikannya. Akibatnya seperti
yang dapat kita lihat di negeri ini, banyak orang pinter yang pada akhir
karirnya tidak selamat akibat olahnya sendiri. Na’udzu billahi min Dzalika.
Sebaliknya seorang yang manfaat ilmunya, ia akan memiliki kemantapan
iman serta patuh dan tawadhu' kepada Allah. Firman Allah SWT :
Artinya,“Dan agar orang-orang yg
telah diberi ilmu meyakini al-Qur'an itulah yang hak (petunjuk yang benar) dari
Tuhanmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepada-Nya." (QS.al-Hajj/22: 54).
Hadits di atas juga menerangkan
tentang berbagai keutamaan yang diberikan Allah SWT kepada orang yang mau
menuntut ilmu, diantaranya diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT karena semua
makhluk di dunia ini termasuk semua binatang yang hidup di lautan memohonkan
ampun kepadanya, dimudahkan jalan baginya oleh Allah SWT jalan menuju
surga, serta dinaungi dan dimuliakan oleh malaikat dengan mau meletakkan
sayapnya untuk jalan orang yang menuntut ilmu.
Selain
itu Allah juga akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu
lebih tinggi beberapa derajat daripada orang yang tidak berilmu. Dalam sebuah
hadits disebutkan, bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan perumpaan keutamaan
seorang yang alim (berilmu) dengan seorang abid (ahli ibadah) itu
diperumpamakan perbandingannya antara bulan dengan bintang. Perumpamaan Nabi tersebut sangat masuk akal, sebab seorang
yang alim itu memiliki ilmu yang manfaatnya tidak terbatas hanya bagi
dirinya, tetapi juga dapat dirasakan bagi orang lain, baik melalui
pengajaran yang diberikan atau membaca karya tulisnya. Sedangkan ibadahnya abid
manfaatnya terbatas hanya pada dirinya. Disamping itu, ilmu pengaruhnya
tetap abadi dan lestari selama masih ada orang yang memanfaatkannya, meskipun
sudah beberapa ribu tahun. Seperti temuan para ilmuwan Muslim pada zaman dahulu
hingga sekarang masih terus dimanfaatkan orang. Berbeda dengan amal ibadah,
seperti melakukan shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya juga mendapatkan
balasan pahala oleh Allah, akan tetapi semua ini segera berakhir dengan
berakhirnya pelaksanaan dan kegiatan sang pelakunya. Seperti penjelasan hadits
Nabi Muhammad yang sudah sangat populer di kalangan umat Islam, yaitu jika anak
Adam meninggal dunia, semua amalnya terputus kecuali tiga hal: shadaqah jariah,
ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang selalu mendo'akan kedua orang tuanya.
Dalam Al-Qur`an Allah juga berulang-ulang menegaskan akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Allah juga mengingatkan kepada manusia
untuk berfikir dan merenungkan, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui.
Rangkuman
Ilmu Pengetahuan adalah bekal yang
paling berharga bagi manusia untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akherat kelak. Dengan ilmu, manusia dapat
mengetahui segala hal, termasuk mengenal kebesaran, kekuasaan Allah, dan
kedudukannya di hadapan Allah serta cara mengabdi kepada-Nya, sehingga dapat selalu dekat dengan-Nya. Dapat
mengetahui rahasia ciptaan-Nya, sehingga dapat memanfaatkannya untuk
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Mengingat pentingnya ilmu
pengetahuan, maka Islam mewajibkan setiap umatnya tanpa terkecuali untuk
menuntut ilmu, mulai dari masa kecil sampai meninggal dunia di manapun ilmu itu
ada. Sebagai balasan bagi orang-orang yang menuntut ilmu, Allah menempatkan
mereka pada posisi yang tinggi dan mulia.
Hendaknya dalam menuntut ilmu itu
didasari untuk mendekatkan diri kepada Allah dan demi mewujudkan kemaslahatan
umat, serta harus dibarengi dengan keuletan, kemandirian, dan kerja keras.
Selain dari itu, agar memperoleh ilmu yang bermanfaat, sebagai seorang murid
harus memiliki rasa hormat ( tawadhu’) kepada guru dan berlaku baik kepadanya.
Ilmu yang manfaat adalah ilmu yang
dapat mendorong pemiliknya untuk mendekatkan diri kepada Allah serta patuh dan
tunduk kepada-Nya, mendatangkan manfaat dan penerang bagi orang lain, sehingga
orang lain dengan kemauannya sendiri mau membuka hati untuk belajar atau
meminta petunjuk/nasehat, serta dengan sukarela mau mengamalkannya.
Kamus Istilah
Hadis : segala perkataan, perbuatan
dan penetapan dari Nabi Muhammad saw
Sanad :
orang yang menjadi sandaran keluarnya hadis
Matan : isi kandungan suatu hadis
Rawi : orang yang
meriwayatkan hadis
Hadis Qauli : hadis yang berisi perkataan
Nabi Muhammad saw.
Hadis Fi’li : hadis yang berisi perbuatan
Nabi Muhammad saw.
Sahih : hadis yang baik digunakan
sebagai hujjah
Dhaif : hadis yang lemah
Hadis qudsi : hadis yang berisi firman Allah
Komentar
Posting Komentar